Rabu, 09 Februari 2011

SITUS MAKAM TUMENGGUNG SURONTANI

Oleh
Agus Ali Imron Al Akhyar



Situs Makam Tumenggung Surontani berada di Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu Tulungagung. Di sekitar makam tersebut menjadi tempat pemukiman umum, di sekitar kompleks pemukiman tersebut sering dikunjungi para peziarah, biasanya pada hari kamis dan jum'at sangat banyak pengunjungnya. Kondisi kompleks pemakaman tersebut sangat terawat dan berseih, karena di sekitar makam Tumenggung Surontani sudah dipasng batu marmer yang sangat bagus (observasi tahun 2009).

EKSPEDISI SUNGAI SONG, BAGIAN 1 KABUPATEN TULUNGAGUNG


Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar



Tim Ekspedisi Sungai Song:
1. Beni Harjanto, M.Pd.
2. Trijono, S.S.
3. Latif Kusairi, S.Hum.
4. Bramanta Putra Pamungkas
5. Agus Ali Imron Al Akhyar
6. Istiqlal Widyatama Ihsan Fasa’

EKSPEDISI TULUNGAGUNG SELATAN PENELUSURAN JEJAK – JEJAK FOSIL PURBA

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar

Tim Ekspedisi :
1. Trijono, S.S.
2. Kang Karyo (Maryoko)
3. Bramanta Putra Pamungkas
4. Agus Ali Imron Al Akhyar
5. Puji Mahanani
6. Merza Zumairy
7. Novelia Fijri
8. Moh. Khoirul Mualifin
9. Cahyo Febrianto

EKSPEDISI TULUNGAGUNG SELATAN PENELUSURAN GUA GAMPING

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar


Tidak sengaja tim ekspedisi Kajian Sejarah, Sosial, dan Budaya Tulungagung, yang sedang melakukan Ekspedisi Tulungagung Selatan, diajak oleh Bapak Sugeng untuk mampir ke rumah temannya, yang bernama Bapak Ugik. Sebelumnya tim ekspedisi ini melakukan penelusuran fosil-fosil Gastropoda. Tim ekspedisi Tulungagung Selatan, tiba di rumah Bapak Ugik pukul 14:30 WIB. Setelah bertemu dengan Bapak Ugik, kami mendapatkan informasi bahwasanya kalau di sekitar rumahnya tersebut terdapat sebuah gua.

Sabtu, 05 Februari 2011

PENYEGARAN PENDIDIKAN SEJARAH


Oleh
Agus Ali Imron Al Akhyar



Pengajar dalam hal ini adalah guru yang memberikan wawasan keilmuan pada siswanya, guru memang dituntut untuk mampu memberikan pembelajaran dan wawasan keilmuan yang tidak membosankan. Perkembangan zaman semakin pesat, guru memang dituntut untuk profesional dan juga harus mampu menguasai teknologi digital. Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat kualahan bagi mereka yang mengajar masih menggunakan sistem tradisional. Pembelajaran konvensial yang cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), guru mengajar masih terpaku dengan buku-buku (text book centered) dan masih menggunakan metode berceramah. Metode semacam itu akan membosankan, monoton dan menjenuhkan bagi para siswa. Realita yang ada mayoritas pengajar di lembaga pendidikan masih menggantungkan teks-teks buku pelajaran. Nampak sudah kecanduan pengajaran tersebut hanya berdasarkan teks-teks yang ada. Dalam satu sisi, para pengajar memang dituntut untuk memahamkan peserta didiknya agar mengerti mengenai pendidikan (kesejarahan). Memahamkan "konteks" kesejarahan memang tidak mudah, memerlukan berbagai metode yang signifikan agar siswa mampu untuk memahami kesejarahan itu untuk apa dan berguna dalam hal apa juga?.

“FOLKLOR” SEBAGAI SIMBOL IDENTITAS KEDAERAHAN

Oleh 

Agus Ali Imron Al Akhyar




Indonesia terutamanya, sungguh mengagumkan sekali kekayaan khasanah sejarah, budaya dan keseniannya. Tentu hal ini tidak lepas dari berkah Tuhan Semesta Alam, menurut cerita; batang ketela pohonpun ditancapkan bisa menghasilkan buah. Nusantara dengan keelokannya menyimpan misteri yang masih belum terungkap seluruhnya. Salah satunya adalah keberadaan folklor yang terdapat di daerah, yang belum sempat ditulis di lembaran kertas (pendokumentasian). Manfaat yang diperoleh selain sebagai dokumen juga dapat dijadikan bacaan kaum muda.

SELAYANG PANDANG SEJARAH MASJID AGUNG AL – MUNAWWAR KABUPATEN TULUNGAGUNG1

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar




Eranya Mengurus Masjid Secara Professional. Tidak Semata Wadah Penadah Sedekah. Fungsinya Beragam, Mulai Dari Pusat Ibadah Sampai Pengelolaan Maslahat Umat. Masjid merupakan sebuah wujud bangunan yang menjadi instrument umat Islam dalam beribadah. Selain itu juga masjid juga menjadi pusat kegiatan dalam penyebaran Agama Islam (Islamic Center). Berbagai aktifitas bernuansa Islami telah memberikan warna hidup sebuah masjid. Bangunan masjid sendiri dipengaruhi oleh unsur kebudayaan daerah setempat. Maka dari itulah style yang berada pada bangunan masjid kuno sangat sarat dengan roh masjidnya. Perpaduan corak yang ada saat ini (baca: zaman modern) merupakan perpaduan “budaya meniru” dari unsur style masjid Timur Tengahan. Munurut Purwadi (2007:304-305), bahwasanya seni bangunan Persi, Byzantium, India dan sebagainya setahap demi setahap mempengaruhi bangunan-bangunan tempat suci di Indonesia. Model masjid Persia, kubahnya seperti bentuk bawang dan mengingatkan pula seperti topi prajurit Persi pada zaman dahulu. Sedangkan menara adzan sepasang dengan bentuk cylender.

MERAJUT BENANG KUSUT Menelusuri Kesejarahan Keberadaan MAN Tulungagung 1

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar



Sejarah tidak kenal lelah dalam mengulas peradaban. Sungguh naïf bagi kita yang meninggalkan sejarah, terutama sejarah yang telah membawa kita menjadi manusia berbudi pekerti, cerdas dan beramal ikhlas. Tentunya sebagai generasi muda, menulis sejarahnya masing-masing yang menjadi tolok ukur pada kehidupan yang akan datang. Sebab kehidupan yang akan datang sesungguhnya rangkaian kehidupan masa lalu (baca; sejarah). Tulisan dalam lembaran-lembaran kali ini merupakan kumpulan dari lembaran masa silam yang terserakan begitu saja.